Ingredients #7

1. Kucai


Kucai (Allium tuberosum Rottler ex Spreng. dan A. ramosus) , atau bawang kucai serta daun kucai, dikenal sebagai sayuran daun. Kucai jarang dipakai dalam menu masakan Indonesia. Nama kucai berasal dari Bahasa Hokkian, "Kú-chhài". Penggunaannya umum dalam masakan Tionghoa, seperti bubur ayam. Pada budaya boga Tiongkok dan Jepang, kucai merupakan bahan campuran isi Jiaozi (Gyōza).
Kucai berdaun pipih dan bunganya berwarna putih.
Kucai berbeda dengan Lokio ("bawang batak", A. chinense), A. schoenoprasum L (chives), yang berdaun silinder (gilig) dan berongga. Aroma kucai lebih dekat ke bawang putih daripada lokio, sehingga dalam bahasa Inggris disebut garlic-chives dan dalam bahasa Jerman disebut Knoblauch-Schnittlauch.
Daunnya beraroma tajam dan pekat namun berbeda dengan aroma daun prei (A. porrum) maupun daun bawang (A. cepaA. fistulosumA. ascalonicum). Bunga kucai dapat digunakan pula sebagai rempah penyedap.
Kegunaannya sudah termasuk tanaman hias, termasuk bunga potong dan bunga kering, ramuan kuliner, dan obat tradisional. Bawang putih telah banyak dibudidayakan selama berabad-abad di Asia Timur untuk nilai kulinernya. Daun datar, tangkai, dan kuncup bunga yang belum matang digunakan sebagai penyedap rasa. Bentuk lain adalah "pucat" dengan regrowing setelah memotong di bawah penutup untuk menghasilkan daun putih-kuning dan rasa lebih halus.

2. Daun Salam

Daun Salam Indonesia adalah bumbu yang agak eksotis dan tidak mudah didapat di Barat (hanya di negara-negara dengan proporsi penduduk Indonesia yang tinggi). Daunnya bisa digunakan segar atau kering; Mereka biasa ditemukan di masakan Sumatera, Jawa dan bahkan lebih Bali. Mereka diaplikasikan pada daging dan, pada tingkat yang lebih rendah, sayuran; Untuk melepaskan rasa mereka, mereka harus digoreng atau dimasak untuk sementara waktu.
Banyak bahan yang berbeda, metode memasak dan perasa ditemukan dalam berbagai tradisi memasak di Indonesia. Di seluruh negeri, penggunaan serai, galanga lebih besar, jahe segar, bawang putih dan chiles biasa terjadi; Namun secara regional, penggunaan rempah-rempah dapat memperluas daftar ini secara signifikan.
Masakan Bali dibedakan dari masakan di belahan lain Indonesia oleh bumbu dan bumbu yang tidak banyak atau jarang ditemukan di pulau-pulau lainnya. Ciri khas masakan Bali adalah preferensi rimpang segar menempel pada pasta (jangkap); Selain jahe dan lengkuas yang lebih besar yang disebutkan di atas, para juru masak Bali menggunakan lengkuas galangale dan kunyit yang lebih kecil. Selanjutnya, serai, kaffir kapur, daun pandan dan daun salam Indonesia digunakan dalam jumlah yang lebih banyak daripada di Jawa; Lada Bali bahkan nampaknya tidak diketahui di daerah lain di Indonesia. Bumbu lain yang sangat disukai oleh orang Bali (dan orang Jawanese) adalah trassi (juga dieja terasi), pasta udang fermentasi yang tajam dan tajam; Di Bali, itu bahkan digunakan untuk salad buah (rujak, lihat mangga).
Keanekaragaman tradisi makanan yang luar biasa di Indonesia sebagian memiliki akar agama: Membandingkan mayoritas Muslim di Indonesia, orang Bali adalah orang Hindu, dan oleh karena itu, pembatasan makanan Islami tidak berlaku untuk mereka. 

3. Pala

Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan BandaMaluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempahbuah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritiusdan Karibia (Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.
Pala dipanen bijisalut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.

sources:
https://books.google.ca/books?id=Reqk636tqWAC&pg=PA75
http://gernot-katzers-spice-pages.com/engl/Euge_pol.html
http://www.clovegarden.com/ingred/sp_nutmegz.html

Comments

Popular posts from this blog

Ingredients #4

Survey Pasar

Daily Activity | Toast Bread